Kamis, 02 Juni 2011

Bandung Adalah Kota Tentara

Selama ini kota Bandung hanya dikenal dengan berbagai julukan standar seperti Kota Kembang atau Parijs van Java lengkap dengan pengertian positif dan negatifnya akibat pembangunan yang kurang terkendali. Bila dilihat dari tata kota sesungguhnya dan melihat sejarah perencanaan dan pembangunan kota Bandung oleh pemerintah kolonial Belanda, ada yang juga dapat ditambahkan, yaitu bahwa Bandung juga adalah Kota Serdadu.
Dalam tata kota buatan Belanda yang masih tampak sekarang, yang justeru sangat dominan di kota Bandung adalah fasilitas atau instalasi militer. Berbagai instalasi militer terserak dari kawasan Lembang turun ke Gegerkalong lalu Hegarmanah di Utara sampai Gatot Subroto yang tembus ke Martanegara di Selatan. Sementara dari Barat, mulai dari Batujajar, Cimahi sampai kawasan Ujung Berung dan Cicalengka.
Hampir seluruh instalasi militer sekarang di Bandung adalah peninggalan militer kolonial Belanda. Ciri khas desain kawasan militer adalah bentuk jalan yang serba lurus. Hal ini tampak di kawasan Gudang Utara, Aceh, Patrakomala, Gatot Subroto, yang relatif berbeda dengan sekitar Gedung Sate yang konon mengikuti model tata kota renaisans seperti Paris.
Calon Ibukota Negara
Semua itu bermula dari rencana pemindahan ibukota Hindia Belanda dari Batavia atau Jakarta sekarang ke kota Bandung. Menurut Haryoto Kunto dalam Wajah Bandoeng Tempo Doeloe (1985), untuk mendukung pelaksanaan rencana Bandung sebagai ibukota kolonial Belanda, berbagai fasilitas vital pemerintah kolonial mulai dipindahkan seperti kantor pusat pos dan telekomunikasi (dahulu PTT), jawatan kereta api (dahulu SS), serta beberapa bagian dari departemen dan lembaga. Kepindahan ini juga diikuti oleh pihak perusahaan swasta.
Sebagai calon ibukota negara (Hindia Belanda) tentu diperlukan dukungan militer. Untuk itu departemen peperangan (Departement van Oorlog) juga mulai melakukan pemindahan berbagai instalasi dan personil sejak tahun 1816 sampai tahun 1920. Pabrik senjata Artillerie Constructie Winkel (sekarang Pindad) yang semula berada di Surabaya turut dipindahkan ke Kiaracondong dari tahun 1889 sampai 1920. Kepindahan pabrik senjata ini juga disertai dengan kepindahan pegawainya hingga di Bandung kemudian lahir komplek hunian baru yang diberi nama Babakan Surabaya.
Stadion Siliwangi sekarang sangat boleh jadi dulunya juga adalah lapangan olahraga tentara kolonial Belanda, mengingat di kawasan itulah pusat berbagai instalasi militer termasuk perumahan tentara di sebelah timurnya yang masih dipakai sampai sekarang. Kawasan militer sekitar stadion Siliwangi memanjang hingga ke markas Kodam III Siliwangi sekarang. Gedung bergaya Art Deco itu dulunya hanyalah rumah dinas panglima tentara Hindia Belanda (Paleis van den Legercomandant). Adapun kantor Departement van Oorlog-nya sendiri adalah gedung yang sekarang gedung Detasemen Markas di depan taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution. Gedung Jaarbeurs yang dahulu adalah gedung pameran tahunan, karena lokasinya yang satu komplek dengan gedung Kodiklat, sekarang menjadi bagian dari instalasi militer.
Instalasi militer yang kemudian juga dibangun dan makin melengkapi julukan Bandung sebagai Kota Militer antara lain adalah Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (Seskoad) di Gatot Subroto, kawasan yang sebelumnya hanya menjadi markas Kavaleri yang dibangun pemerintah kolonial Belanda. Angkatan Udara tentu berdekatan dengan bandara Husen Sastranegara dan Sulaeman di Kopo. Karena Bandung terletak di tengah pulau, angkatan laut hanya memiliki satu kantor saja di Ariajipang dengan nama khas angkatan laut yaitu pangkalan.
Barangkali karena kelengkapan fasilitas dan instalasi militer itu -selain faktor sumberdaya manusia- ketika Indonesia merdeka, Bandung dapat dengan segera menjadi kota utama kelahiran kesatuan militer republik yang pertama dibangun dan kemudian menjadi kodam Siliwangi.
Kondusif
Perkembangan kota Bandung yang pesat ke berbagai penjuru membuat seluruh instalasi militer yang di bangun zaman kolonial Belanda menjadi berada di tengah kota. Dengan dominannya instalasi militer dan berada di tengah kota dengan sendirinya membuat kota Bandung relatif berada dalam kondisi yang senantiasa terkendali dan kondusif bagi segi keamanan dalam arti luas-tanpa menghambat pertumbuhan poleksosbud Bandung. Salah satu buktinya adalah pada masa awal reformasi. Ketika kota-kota lain dilanda berbagai kerusuhan, kota Bandung relatif aman. Kondisi kota Bandung demikian oleh sebagian pihak dianggap sebagai barometer terakhir stabilitas nasional. Bila Bandung masih aman, secara nasional negeri ini masih baik-baik saja. Sementara untuk keamanan kota sehari-hari -termasuk mengamankan pawai bobotoh Persib- polisi tetap berperan dominan.
Kondisi yang harus dibenahi antara lain pengendalian perubahan lingkungan seperti dari pemukiman menjadi kawasan bisnis sebaiknya tidak membuat posisi instalasi militer menjadi terpinggirkan atau tampak tidak layak lagi berada di lokasi itu. Jalan di kawasan militer sebaiknya juga tidak menjadi jalan umum karena tentunya sedikit banyak akan mengganggu suasana. Meskipun mungkin sekali masyarakat merasa senang melewati kawasan kavaleri di sekitar Turangga karena dapat melihat kuda dan puluhan tank diparkir.
Hal yang menarik dari keberadaan instalasi militer di kota Bandung adalah selain menciptakan kondisi yang relatif aman, juga hubungan dengan masyarakat terjalin dengan baik sesuai dengan fakta sejarah bahwa tentara lahir dari rakyat. Setiap musim kegiatan ospek di luar kampus, belasan truk militer dipenuhi mahasiswa berbagai kampus menuju kawasan kebun teh atau kawasan berkemah (camping ground) seperti Ranca Upas di Ciwidey. Selain sarana transportasi, perlengkapan militer lainnya seperti tenda peleton dan alat memasak juga dipakai dalam kegiatan itu. Sebuah contoh nyata hubungan mesra militer dan mahasiswa yang seharusnya juga dicontoh oleh seluruh eksponen bangsa. Kerjasama dalam bentuk bisnis juga tampak terjadi: beberapa gedung yang semula rumah dinas atau wisma milik tentara berubah jadi factory outlet, membuat kota Bandung menjadi kian semarak. Semoga itu semua tidak membuat tentara menjadi kekurangan fasilitas untuk tetap menjadi tulang punggung bangsa menjaga negara.

sumber:kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar